Peningkatan Keterampilan Menulis Anekdot Menggunakan Strategi Genius Learning Untuk Siswa Kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ANEKDOT MENGGUNAKAN STRATEGI GENIUS LEARNING UNTUK SISWA KELAS X ATPH 1 SMK NEGERI 8 PEKANBARU
Disusun Oleh :
Cici Anggraini, S.Pd.,M.Pd
2100103921156023
PENDIDIKAN PROFESI GURU TAHAP 4
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya karena proposal penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Anekdot Menggunakan Strategi Genius Learning untuk Siswa Kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru” dapat diselesaikan dengan baik. Proposal penelitian tindakan kelas ini penulis susun sebagai salah satu kegiatan lokakarya Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Tahap 4 Universitas Negeri Surabaya tahun 2021.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan, dan arahan serta dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab membimbing dan memotivasi dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini.
Penulis berharap semoga proposal penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Pekanbaru, Oktober 2020
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
-
- Latar Belakang Masalah 1
- Rumusan Masalah 3
- Tujuan Penelitian 3
- Manfaat Penelitian 3
- Definisi Operasional 4
BAB II LANDASAN TEORI 5
2.1 Keterampilan Menulis 5
2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis 5
2.1.2 Fungsi Menulis 6
2.1.3 Tujuan Menulis 7
2.1.4 Ciri-Ciri Tulisan yang Baik 8
2.2 Anekdot 9
2.2.1 Hakikat Teks Anekdot 9
2.2.2 Pembelajaran Menulis Anekdot 11
2.4 Strategi Pembelajaran Genius Learning 12
2.5 Gambaran Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menulis Anekdot 14
2.6 Tindakan yang akan Dilakukan pada Pelaksanaan Strategi 17
BAB III METODE PENELITIAN 19
3.1 Desain Penelitian 19
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 21
3.3 Prosedur Penelitian 21
3.3.1 Perenanaan 21
3.3.2 Pelaksanaan Tindakan 22
3.3.3 Pengamatan 22
3.3.4 Refleksi 23
-
- Teknik Pengumpulan Data 23
3.5 Teknik Analisis Data 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
-
- Latar Belakang
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian maupun tanggung jawab sebagai warga negara (Sutama, 2000:3). Marsigit (via Sutama, 2000:1), menyatakan bahwa ahli-ahli kependidikan telah menyadari mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas pendidik dan kualitas pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isi dasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Menurut Anies (via Asmani2011:37-39), proses pendidikan saat ini diibaratkan terlalu mementingkan aspek kognitif dan mengabaikan kreativitas.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun baik. Keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Bagi kebanyakan orang, menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bahkan bagi sebagian orang, menulis adalah sebuah keharusan. Misalnya, para wartawan media cetak atau elektronik yang bertugas melaporkan suatu peristiwa dengan rangkaian kata-katanya. Hal serupa ditegaskan (Tarigan, 2008:23) bahwa tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, materi tentang menulis sudah disampakan mulai dari jenjang sekolah dasar, namun masih banyak dari tulisan peserta didik yang masih belum baik. Pembelajaran menulis perlu ditingkatkan terutama dalam praktik. Menulis melatih peserta didik untuk kreatif mengolah kata dari realita yang mereka lihat. Tulisan yang tertata akan membawa pembaca mamahami maksud yang disampaikan penulis. Pemahaman tepat yang disampaikan pendidik akan mempermudah peserta didik dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
Salah satu kompetensi dasar yang diusung dalam kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Atas adalah tentang memproduksi teks anekdot secara lisan maupun tulisan dengan mengambil spesifikasi menulis teks anekdot. Dalam kurikulum tersebut dinyatakan bahwa anekdot bertujuan menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu. Sementara itu munculnya teks anekdot sebagai teks yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam kurikulum 2013. Sesuai dengan prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum tersebut yakni berbasis teks. Teks anekdot menjadi salah satu teks yang wajib dipelajari peserta didik. Hanya saja teks anekdot baru dikenalkan mulai jenjang SMA/ MA/ SMK.
Kenyataan menunjukkan, kemampuan menulis peserta didik belum memadai. Hal itu terlihat pada pembelajaran kemampuan menulis dengan kompetensi inti memproduksi teks anekdot di SMK Negeri 8 Pekanbaru. Hasil tulisan peserta didik kelas X SMK Negeri 8 Pekanbaru tergolong masih rendah, khususnya di kelas X ATPH 1. Selain itu, jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM kurang dari 75%. Berdasarkan pengamatan awal penelitian, rendahnya keterampilan menulis khususnya anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negri 8 Pekanbaru, terlihat dari karangan anekdot peserta didik yang belum dapat menciptakan kesan bagi pembaca.
Dari angket pengetahuan awal tentang menulis anekdot, ada beberapa penyebab timbulnya kendala dalam praktik menulis yang dikemukakan oleh siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru. Kendala tersebut, peserta didik merasa kesulitan menuangkan ide pada kegiatan pembelajaran menulis, khususnya menulis anekdot. Kegiatan pembelajaran yang tidak bervariasi kurang mendapat respon positif dari peserta didik yang sedang berada dalam tataran usia remaja. Oleh karena itu, pada usia ini anak membutuhkan teknik pembelajaran yang bervariasi.
Permasalahan tersebut harus diperhatikan karena kemampuan menulis anekdot sangat berperan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Teks anekdot mempunyai kontribusi yang besar pada pembelajaran keterampilan menulis bentuk-bentuk lainnya. Oleh karena itu, pendidik sebagai salah satu komponen sentral dalam proses pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik dan terlaksana secara optimal.
Upaya untuk membantu peserta didik mengatasi rendahnya keterampilan menulis anekdot, salah satunya dapat ditempuh dengan cara meningkatkan penggunaan strategi dalam proses pembelajaran. Praktik menulis anekdot akan dilakukan dengan baik jika ada perasaan senang atau tertarik dari peserta didik terhadap kegiatan menulis tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, melalui penelitian ini akan diterapkan strategi genius learning untuk meningkatkan kemampuan menulis anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru. Melalui strategi genius learning ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis anekdot peserta didik.
-
- Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan keterampilan menulis anekdot melalui penerapan strategi genius learning siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru 2019/2020 dengan menerapkan strategi genius learning.
-
- Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis anekdot menggunakan strategi genius learning pada siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
-
-
- Manfaat Teoretis
-
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan kajian pembelajaran menulis, bagi pengembangan teori pembelajaran sastra pada umumnya, serta dapat mengembangkan teori pembelajaran menulis anekdot sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar melalui strategi genius learning.
-
-
- Manfaat Praktis
-
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi peserta didik, pendidik dan sekolah. Bagi peserta didik, penelitian ini memudahkan peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan gagasan maupun kreativitasnya dalam kegiatan menulis anekdot.
Bagi pendidik, penelitian ini dapat memberikan alternatif pemilihan strategi pembelajaran dalam menulis anekdot dan dapat mengembangkan keterampilan pendidik bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu diharapkan dapat memberikan masukan dan perbaikan dalam penggunaan strategi pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar lebih menarik, bervariasi, dan tidak membosankan.
Bagi sekolah, penelitian menulis anekdot menggunakan media kartu anekdot ini dapat memberikan manfaat peningkatan mutu proses pembelajaran dan meningkatkan interaksi belajar mengajar peserta didik sekolah. Sehingga kualitas dan prestasi keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis anekdot dapat meningkat.
1.5 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal berikut:
-
-
- Keterampilan menulis adalah suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berupa gambar-gambar atau simbol-simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut.
- Anekdot merupakan salah satu jenis humor. Anekdot kadang sering dianggap sebagai humor itu sendiri.
- Strategi Genius Learning adalah strategi pembelajaran yang pada intinya membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif
-
BAB II
LANDASAN TEORI
-
- Keterampilan Menulis
- Hakikat Keterampilan Menulis
- Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis sebagai salah satu dari keempat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Dalam KBBI (2005), menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menurut Robert Lado (dalam Suriamiharja, 1996: 1), keterampilan menulis merupakan menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Sementara itu, D’Angelo (dalam Suriamiharja, 1980: 5) menulis adalah belajar berpikir dalam/ dengan cara tertentu.
Menulis menurut Tarigan (2008: 21) adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sementara itu, Suriamiharja (1996: 2) mengartikan menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai hakikat keterampilan menulis dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berupa gambar-gambar atau simbol-simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut.
-
-
- Fungsi Menulis
-
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, yaitu berpikir kritis, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap, memecahkan masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman masalah yang kita hadapi (Tarigan, 2008: 22-23). Hairston (melalui Darmadi, 1996: 3-4) mengemukakan bahwa kegiatan menulis memiliki fungsi sebagai berikut.
- Menulis sebagai sarana untuk menemukan sesuatu. Melalui kegiatan menulis ide dan informasi yang tersimpan di alam bawah sadar dapat terangkat. Hal tersebut karena pikiran terangsang untuk mengingat dan membangkitkan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan.
- Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru. Dengan menulis dapat membuat hubungan antara ide yang satu dengan yang lain dan melihat keterkaitannya secara keseluruhan.
- Menulis melatih kemampuan mengorganisasi. Menulis merupakan kegiatan mengorganisasi ide-ide dan menyusun dalam bentuk tulisan yang padu.
- Melatih sikap objektif. Menuliskan ide-ide dalam pikiran membiasakan diri membuat jarak tertentu terhadap ide yang dihadapi dan dievaluasi.
- Mempertajam penyerapan informasi. Kegiatan menulis memerlukan pengetahuan yang luas. Dengan menulis topik tertentu diperlukan penguasaan topik yang akan ditulis.
- Membantu memecahkan masalah. Kegiatan menulis dapat dimanfaatkan untuk menempatkan unsur-unsur masalah yang ada sehingga dapat diuji dan dimanipulasi.
- Komunikasi aktif. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan menjadikan seorang aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi yang pasif.
Dengan demikian, kegiatan menulis merupakan suatu alat sarana bahasa tulis untuk berpikir dan belajar sehingga melalui tugas menulis peserta didik telah berlatih belajar mengungkapkan ide dan mengaplikasikannya bahwa mereka telah menguasai materi yang diberikan.
2.1.3 Tujuan Menulis
Menurut Tarigan (2008: 24), setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan, tetapi karena tujuan itu sangat beranekaragam, bagi penulis yang berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini.
- Memberitahukan atau megajar.
- Meyakinkan atau mendesak.
- Menghibur atau menyenangkan.
- Mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Menulis tidak hanya memiliki fungsi yang bermanfaat bagi proses pendidikan, menulis juga memiliki tujuan yang sangat penting bagi proses penulisan atau tulisan. Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008: 25) menyebutkan beberapa tujuan menulis adalah sebagai berikut:
- Tujuan penugasan (assigment purpose)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para peserta didik yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan).
- Tujuan altruistik (altruistik purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.
- Tujuan persuasif (persuasive purpose)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
- Tujuan informasional, tujuan penerangan (informational purpose)
Tulisan yang bertujuan memeberikan informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca.
- Tujuan penyataan diri (self expressive purpose)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
- Tujuan kreatif (creative purpose)
Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan penyataan diri, tetapi “keinginan kreatif ” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan dengan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
- Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis memiliki tujuan yang sangat berguna khususnya untuk dunia pendidikan di antaranya tujuan penugasan, tujuan altruistik, tujuan persuasif, tujuan penerangan, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif, dan tujuan pemecahan masalah.
-
-
- Ciri-ciri Tulisan yang Baik
-
Tulisan yang baik memiliki ciri khas. Enre (1988: 9) mengemukakan bahwa tulisan yang baik memiliki ciri-ciri a) bermakna, b) jelas, c) padu dan utuh, d) ekonomis, dan e) mengikuti kaidah gramatika.
Tulisan yang baik merupakan tulisan yang mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan dalam tulisan. Kebermaknaan tulisan didukung oleh kejelasan tulisan tersebut. Tulisan dapat disebut sebagai tulisan yang jelas jika pembaca dapat membaca dengan kecepatan yang tetap dan menangkap makna yang ada dalam tulisan tersebut.
Selain bermakna dan jelas, tulisan yang baik memiliki kepaduan dan utuh. Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah. Hal tersebut karena terdapat pengorganisasian tulisan dengan jelas sesuai perencanaan dan bagian-bagiannya dihubungkan dengan yang lain.
Tulisan yang baik juga tidak menggunakan kata yang berlebihan. Selain itu, tulisan padat dan lurus ke depan. Tulisan yang baik selalu mengikuti kaidah gramatika, menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh kebanyakan anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan orang lain juga menggunakannya dalam komunikasi formal atau informal.
-
- Anekdot
2.2.1 Hakikat Teks Anekdot
Anekdot merupakan salah satu jenis humor. Anekdot kadang sering dianggap sebagai humor itu sendiri. Oleh karena itu, uraian mengenai humor juga menjelaskan tentang anekdot. Istilah anekdot telah muncul dalam pembelajaran bahasa Inggris kurikulum 2004. Tersebut dalam kurikulum 2004 bahwa jenis anekdot telah dipelajari sejak kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Kurikulum tersebut menyatakan bahwa anekdot bertujuan untuk menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu. Sementara itu munculnya teks anekdot sebagai teks yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam Kurikulum 2013.
Berdasarkan paradigma kurikulum 2013 yang mencanangkan pembelajaran bahasa berbasis teks, peserta didik sudah dituntut mampu mengonsumsi dan memproduksi teks. Selain teks sastra non-naratif itu, hadir pula teks cerita naratif dengan fungsi sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu terdapat pada setiap jenis teks, baik sastra maupun nonsastra, yaitu faktual (teks laporan dan prosedural) dan tanggapan (teks transaksional dan ekspositori). Teks anekdot dapat juga digunakan untuk mengkritik pihak lain dan suatu sistem tertentu.
Ada berbagai pendapat tentang teks anekdot. Akan tetapi, berdasarkan semua pendapat terdapat satu hal yang para ahli sepakati bahwa anekdot memuat hal yang bersifat humor atau lucu. Menurut Wachidah (2004:1) jika dilihat dari tujuannya untuk memaparkan suatu kejadian atau peristiwa yang telah lewat anekdot mirip dengan teks recount. Dananjaja (2001: 11) berpendapat bahwa anekdot adalah kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh yang benar-benar ada.
Pengalaman yang tidak biasa tersebut disampaikan kepada orang lain dengan tujuan untuk menghibur si pembaca. Teks Anekdot disebut pula dengan cerita jenaka. Pada umumnyia teks anekdot terdiri dari lima bagian atau struktur generik. Lima bagian tersebut antara lain abstract, orientation, crisis, reaction, dan coda (Gerot dan Wignell dalam Wachidah, 2004: 10).
Berikut penjelasan tentang struktur anekdot. (1) Abstraksi disebut juga dengan pembukaan dan berisi pokok pikiran utama. (2) Orientasi berfungsi untuk membangun konteks yang berisi kalimat penjelas dari absraksi. (3) Krisis dimaknai sebagai saat terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan. (4) Reaksi berkenaan dengan tanggapan. (5) Koda atau penutup.
Menurut buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, kaidah isi dan bahasa teks anekdot memuat, (1) partisipan, (2) unsur lucu (3) sindiran yang diungkapkandengan pengandaian, (4) konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa. Untuk memahami atau menganalisis makna sebuah anekdot memerlukan kemampuan dalam memahami makna kata, istilah, dan ungkapan.
Wijana (1995: 24) menuturkan bahwa teks humor adalah teks atau wacana bermuatan humor untuk bersenda gurau, menyindir, atau mengkritik secara tidak langsung segala macam kepincangan atau ketidakberesan yang tengah terjadi di masyarakat penciptanya. Dengan demikian, teks anekdot merupakan cerita narasi ataupun percakapan yang lucu dengan berbagai tujuan, baik hanya sekadar hiburan atau senda gurau, sindiran, atau kritik tidak langsung. Pada akhirnya tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan lelucon.
-
-
- Pembelajaran Menulis Anekdot
-
Menurut Sudjana (2000: 6), mengajar adalah proses memberikan bantuan atau bimbingan kepada peserta didik didik dalam melakukan proses belajar. Konsep tentang mengajar merupakan satu rangkaian dengan konsep yang berbeda. Pemahaman tentang belajar adalah menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh pendidik sebagai pengajar. Dalam konsep tersebut, tersirat bahwa peran pendidik adalah pemimpin belajar dan fasilitator belajar mengajar bukanlah kegiatan menyampaikan pelajaran melainkan suatu proses pembelajaran peserta didik.
Aktifitas mengajar adalah proses yang terjadi pada pendidik, sedangkan belajar adalah proses yang terjadi pada peserta didik. Pada umumnya, antara mengajar dan belajar memiliki proses yang berbeda. Keduanya terikat pada tujuan akhir yang sama, yaitu bagaimana agar terjadi perubahan yang optimal pada diri peserta didik. Konteks semacam ini, mengungkapkan bahwa mengajar adalah perbuatan pendidik untuk menciptakan situasi kelas dan persiapan peserta didik dalam melakukan proses belajar. Keefektifan belajar mengajar sangat ditentukan bagaimana terjadi interaksi yang dinamis antara mengajar dan belajar.
Menurut Sunendar (2009: 67), istilah pembelajaran dipakai untuk menunjukan proses yang menekankan pada pola interaksi antara pendidik dan peserta didik yaitu interaksi antara kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Pembelajaran di dalamnya mencakup proses mengajar, berisi serangkaian perbuatan pendidik untuk menciptakan situasi kelas yaitu proses belajar yang berisi perbuatan peserta didik untuk menghasilkan perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan berlajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara manusia, sumber daya dengan lingkungannya. Proses belajar mengajar, merupakan proses yang tersusun secara teratur yang mampu mengubah kemampuan peserta didik dari satu tingkatan ketingkatan lain yang lebih baik.
Hasil proses belajar mengajar dapat dicapai secara maksimal apabila komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal. Perlu diupayakan terciptanya situasi kelas yang memungkinkan berlakunya hal tersebut. Situasi kelas yang memotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan perilaku para peserta didik. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Dengan demikian, pendidik hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan rangsangan atau tantangan sehingga para peserta didik tertarik untuk belajar aktif dan kreatif.
Dalam penelitian ini dituliskan proses menulis anekdot untuk siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru. Kegiatan menulis anekdot tersebut membutuhkan pengetahuan kebahasaan, keterampilan berbahasa dan penguasaan kosakata. Berbekal ketiga itu, peserta didik diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang baik dengan kriteria antara lain: bermakna, jelas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat, dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Upaya agar peserta didik mampu menghasilkan tulisan yang baik, dibutuhkan suatu pembelajaran menulis yang efektif. Sementara untuk mencapai pembelajaran yang efektif diperlukan suatu pendekatan yang tepat dan terarah. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan proses. Hal tersebut dikarenakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis menitikberatkan pada proses memproduksi suatu tulisan. Sementara pendidik tidak hanya mengevalusi hasil akhir tulisan peserta didik, tetapi juga harus membimbing peserta didiknya sejak awal perencanaan menulis sampai peserta didik menghasilkan tulisan.
-
- Strategi Pembelajaran Genius Learning
Genius learning adalah strategi pembelajaran yang pada intinya membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif. Kondisi kondusif ini merupakan syarat mutlak demi tercapainya hasil belajar yang maksimal. Strategi pembelajaran ini pendidik harus memberikan kesan bahwa kelas merupakan suatu tempat yang menghargai peserta didik sebagai seorang manusia yang pemikiran dan idenya dihargai sepenuhnya (Gunawan, 2012: 334). Dalam strategi genius learning tersebut, diformulasikan untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar.
Piaget via Gunawan (2012: 5), mengemukakan bahwa dasar dari genius learning adalah teori belajar kontruktivistik. Teori belajar tersebut kontruktivistik lebih menekankan pada kreativitas peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dalam teori belajar kontruktivistik ini lahirlah accelerated learning atau cara belajar dipercepat yang kemudian oleh Bobbi De Porter dikembangkan menjadi sebuah model quantum teaching. Dari sinilah genius learning lahir menjadi model pembelajaran yang berdasarkan quantum teaching, namun telah mempertimbangkan kondisi di Indonesia. Pada intinya tujuan model-model pembelajaran ini sama yaitu, bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan.
Genius learning diciptakan untuk membedakannya dengan accelerated Learning. Perbedaan strategi genius Learning dan accelerated learning adalah strategi genius learning telah mempertimbangkan kondisi masyarakat Indonesia secara umum, kebudayaan bangsa yang beragam, kondisi sosial ekonomi, sistem pendidikan nasional kita dan tujuan pendidikan, sedangkan accelerated learning itu sendiri merupakan model mengajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara ilmiah dengan menggunakan teknik-teknik yang cocok dengan karakter dirinya sehingga mereka akan merasa bahwa belajar itu menyenangkan, efektif dan cepat (Rose dan Nicholl, 2003: 36).
Subhani (2011: 23) mengungkapkan bahwa kelebihan strategi pembelajaran tipe genius learning adalah sebagai berikut.
- Mendapatkan kerangka pikiran yang benar (percaya diri dan siap untuk belajar).
- Memperoleh informasi dalam cara-cara yang paling sesuai.
- Menyelidiki makna, implikasi dan arti persoalannya.
- Mampu memicu memori ketika membutuhkannya.
- Dapat memperoleh makna suatu topik secara cepat dengan menggunakan peta konsep.
Adapun kekurangan tipe strategi genius learning dalam pembelajaran, yaitu tipe genius learning ini menggunakan gaya belajar secara visual, dimana pendidik menggunakan peta konsep.
Kemungkinan ada peserta didik yang belum memahami secara jelas tentang perolehan informasi yang begitu singkat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kekurangan ini pendidik mengkombinasikan teknik pembelajaran yang sesuai supaya peserta didik dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan jelas
Rose dan Nicholl dalam Gunawan (2012: 36) berpendapat bahwa apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran adalah accelerated learning. Meskipun accelerated learning merupakan sub dari strategi genius learning, keduanya memiliki prinsip yang hampir sama. Hanya saja, dalam strategi accelerated learning kurang tepat untuk proses pembelajaran di Indonesia (Gunawan, 2012: 3). Dalam strategi genius learning terdapat beberapa prinsip pokok yaitu: (1) Keterlibatan total peserta didik dalam meningkatkan proses pembelajaran. (2) Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif. (3) Belajar berbasis aktivitas seringkali membawa hasil positif dibanding dengan belajar berbasis presentasi.
Gunawan (2012: 13), strategi genius learning memusatkan pada aktivitas mental sehingga menghasilkan pola pikir kreatif dengan tahap sebagai berikut: (a) selalu mengajukan pertanyaan, (b) selalu mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pemikiran terbuka, (c) selalu membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda, (d) selalu menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas, (e) selalu menerapkan imajinasi di setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda, (f) selalu mendengarkan intuisi.
-
- Gambaran Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menulis Anekdot Menggunakan Strategi Genius Learning.
Strategi genius learning disusun berdasarkan hasil riset mutakhir mengenai berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan memori (Gunawan, 2012: 8). Dalam genius learning pembelajaran dilakukan dengan pendekatan gaya belajar preferensi sensori yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (berbicara dan mendengar), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan).
Untuk mengakomodasikan gaya belajar dan mengembangkan kecerdasan peserta didik maka dalam strategi genius learning terdapat delapan langkah yang merupakan lingkaran sukses pembelajaran genius learning. Lingkaran sukses pembelajaran genius learning yang dikemukakan oleh Gunawan (2012: 334 – 361) adalah sebagai berikut:
- Suasana Kondusif
Inti dari genius learning adalah strategi pembelajaran yang membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif. Pendidik bertanggung jawab untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif sebagai persiapan untuk masuk ke dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. Kondisi yang kondusif ini merupakan syarat mutlak demi tercapainya hasil yang maksimal.
Pendidik perlu menunjukkan pengharapan yang besar terhadap keberhasilan peserta didik. Pastikan bahwa peserta didik tidak takut untuk membuat kesalahan. Kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Untuk menciptakan suasana awal yang kondusif pendidik dapat menggunakan icebreeking dan mengombinasikannya dengan brain gym.
- Hubungkan
Memulai setiap proses pembelajaran dengan memastikan bahwa apa yang akan diajarkan pada murid saat itu selalu dapat dihubungkan dengan apa yang telah diketahui oleh peserta didik, baik melalui pengalaman peserta didik itu sendiri maupun melalui proses pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya, dan hubungkan juga dengan apa yang akan dialami murid pada masa yang akan datang.
Sampaikan kepada peserta didik hasil apa yang akan dicapai, berikan kata-kata kunci dan pertanyaan yang dapat mereka jawab setelah mereka selesai mempelajari materi pembelajaran.
- Gambaran Besar
Untuk lebih membantu menyiapkan pikiran peserta didik dalam menyerap materi yang akan diajarkan, sebelum proses pembelajaran dimulai, pendidik harus memberikan gambaran besar (big picture) dari keseluruhan materi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ringkasan dari apa yang akan dipelajari, menjelaskan bagaimana cara mengajarkan materi pembelajaran, dan memberikan kata-kata kunci.
- Tetapkan Tujuan
Pada tahap inilah proses pembelajaran baru dimulai. Apa hasil yang akan dicapai pada akhir sesi harus dijelaskan dan dinyatakan kepada peserta didik. Penetapan tujuan ini akan dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena peserta didik mengetahui apa yang akan dicapainya pada akhir pembelajaran.
- Pemasukan Informasi
Pada tahap ini, informasi yang akan diajarkan harus disampaikan dengan melibatkan berbagai gaya belajar. Metode penyampaian harus bisa mengakomodasi gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Pada tahap ini, memori jangka panjang akan dapat diakses apabila proses pemasukan informasi bersifat unik dan menarik.
- Aktivasi
Proses aktivasi merupakan proses yang membawa peserta didik kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan. Aktivasi bisa dilakukan dengan menggunakan aktivitas yang dilakukan seorang diri, secara berpasangan atau secara berkelompok guna membangun kemampuan komunikasi dan kerja sama/kelompok. Pada tahap ini peserta didik mengintegrasikan apa yang ia pelajari dan menemukan makna sesungguhnya dari apa yang ia pelajari.
- Demonstrasi
Tahap ini sebenarnya sama dengan proses pendidik menguji pemahaman murid dengan memberikan ujian. Hanya bedanya, dalam lingkaran sukses genius learning pemahaman peserta didik diuji pada saat itu juga. Hal ini bertujuan untuk benar- benar mengetahui sampai di mana pemahaman peserta didik dan sekaligus merupakan saat yang tepat untuk bisa memberikan umpan balik. Demonstrasi meliputi praktik langsung atau mempresentasikan.
- Ulangi (Review)
Lakukan pengulangan pada akhir setiap sesi dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Ini bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan meningkatkan efektivitas dari proses pembelajaran.
-
- Tindakan yang akan Dilakukan pada Pelaksanaan Strategi Genius Learning.
Prosedur pelaksanaan strategi genius learning dalam pembelajaran menulis anekdot terdapat beberapa langkah berikut..
- Pendidik dan peserta didik bertanya jawab dengan menghubungkan materi menulis anekdot yang dipelajari peserta didik dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.
- Pendidik memberikan gambaran besar berupa cakupan materi tentang menulis anekdot.
- Pendidik dan peserta didik bersama-sama menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu dapat menghasilkan teks anekdot.
- Pendidik memberikan informasi tentang materi anekdot yang akan dipelajari seperti hakikat anekdot, struktur anekdot, dan langkah-langkah memproduksi anekdot.
- Pendidik membimbing peserta didik untuk menulis teks anekdot secara berpasangan sesuai dengan struktur dan kaidah teks anekdot.
- Pendidik menginstruksikan peserta didik, menukar hasil tulisannya ke kelompok lain untuk disunting.
- Peserta didik memperbaiki tulisan anekdot yang sudah disunting kelompok lain.
- Pendidik memberikan aktivasi kepada peserta didik, dengan mengajukan pertanyaan terbuka terkait materi yang telah diajarkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik tentang anekdot.
- Peserta didik mendemontrasikan hasil tulisannya di depan kelas
- Pendidik memberikan kesimpulan dan refleksi dari pembelajaran menulis anekdot yang telah diberikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
-
- Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini bersifat kolaboratif, melibatkan pendidik sebagai peneliti dan sesama pendidik Bahasa Indonesia sebagai kolaborator. Peran rekan pendidik dan peneliti sejajar, artinya rekan pendidik juga berperan sebagai peneliti selama penelitian berlangsung.
Zuriah (2003:36) menyebutkan tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu, pertama melakukan tindakan perbaikan, peningkatan, dan perubahan kearah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah. Kedua, menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama dengan melakukan modifikasi atau penyampaian seperlunya.
Kemmis & Mc. Taggart mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif dari kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Madya, 2006: 9).
Desain penelitian yang dipilih adalah model Kemmis & Mc. Taggart yang terdiri atas empat komponen, yaitu 1) merumuskan masalah dan merencanakan tindakan, 2) implementasi tindakan dan monitoring yang merupakan realisasi dari suatu tindakan yang telah direncanakan sebelumnya, 3) analisis hasil tindakan, dan 4) refleksi dilanjutkan dengan perubahan atau revisi pada siklus berikutnya. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Aqib, 2009: 16).
Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart
Berikut keterangan tahap-tahap dalam penelitian tindakan menurut Kemmis & Taggart.
Siklus I:
- Perencanaan I.
- Tindakan I.
- Observasi I.
- Refleksi I.
Siklus II:
- Revisi Rencana II.
- Tindakan II.
- Observasi II.
- Refleksi II.
Siklus III dan seterusnya.
Penelitian tindakan kelas ini bersifat siklus dan spiral. Dengan model ini, jika dalam awal pelaksanaan tindakan didapati kekurangan perencanaan dan pelaksanaan dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya hingga target yang diinginkan tercapai.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMK Negeri 8 Pekanbaru yang terdiri atas 25 anak. Jumlah laki-laki sebanyak 8 orang dan perempuan sebanyak 17 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Penelitian ini akan dilakukan sebanyak dua siklus. Konsep pokok penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pemantauan (monitoring), dan d) refleksi (reflecting).
- Perencanaan (planning), yaitu kegiatan yang disusun sebelum melakukan tindakan.
- Pelaksanaan tindakan (acting), yaitu pelaksanaan perlakuan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
- Pengamatan (observing), yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pengamat untuk memperoleh informasi tentang tindakan yang dilakukan termasuk pengaruh yang ditimbulkan oleh perlakuan pendidik.
- Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan untuk mengkaji dan menganalis hasil observasi dari tindakan yang dilakukan. Memberikan makna terhadap proses dan hasil yang terjadi akibat tindakan, terutama untuk melihat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki.
Kolaborasi dan partisipasi merupakan prinsip pokok dalam penelitian ini. Kolaborasi antara peneliti dengan pendidik dilakukan dalam setiap kegiatan, mulai dari perencanaaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi hingga perencanaan selanjutnya. Perincian setiap kegiatan dalam satu siklus adalah sebagai berikut.
-
-
- Perencanaan (Planning)
-
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis deskriptif. Adapun rincian kegiatan dalam tahap ini sebagai berikut.
- Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis anekdot.
- Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran menulis anekdot dengan menggunakan strategi genius learning.
- Memberikan angket sebelum pelaksanaan tindakan untuk mengetahui seberapa jauh minat dan keterampilan menulis anekdot peserta didik.
- Mengadakan tes menulis anekdot untuk mengetahui kemampuan awal menulis deskripsi peserta didik.
- Menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, soal tes, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi.
- Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas.
-
- Pelaksanaan Tindakan (Acting)
-
Pada tahap ini, peneliti dan kolaborator menerapkan perencanaan yang telah disusun. Pendidik melaksanakan perencanaan mengenai pembelajaran menulis anekdot dengan media kartu anekdot. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan langkah- langkah berikut.
- Pendidik membangun apersepsi peserta didik tentang menulis anekdot. Tujuannya adalah membawa kesiapan peserta didik untuk masuk ke materi mengikuti proses pembelajaran.
- Pendidik memberitahukan mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis anekdot dengan strategi genius learning..
- Setelah peserta didik benar-benar memahami, pendidik memberikan contoh-contoh anekdot.
- Peserta didik diminta mulai mengamati contoh-contoh tersebut dengan cermat, kemudian mendaftar ciri dan struktur anekdot yang diamati.
- Setelah peserta didik memahami ciri dan struktur anekdot, peserta didik diberi kartu anekdot untuk mempermudah peserta didik menulis anekdot, baik dalam kelompok maupun individu.
- Pada akhir pembelajaran, pendidik merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Refleksi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus II.
-
- Pengamatan (Observing)
-
Observasi yang dilakukan meliputi observasi proses dan observasi hasil (produk). Observasi proses berjalan selama pelaksanaan tindakan (acting) berlangsung. Selama observasi proses ini, observer (peneliti) menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas peserta didik, pendidik, dan suasana saat proses pembelajaran dengan media yang telah ditetapkan berlangsung. Hasil observasi ini digunakan sebagai data kualitatif untuk dideskripsikan.
Dokumentasi berupa foto saat peserta didik menerima tindakan digunakan sebagai bukti konkret proses yang telah dilakukan.Observasi hasil atau produk dilakukan terhadap hasil pekerjaan peserta didik berupa anekdot. Observasi ini menghasilkan data berupa angka, yakni nilai menulis anekdot.
-
-
- Refleksi (Reflecting)
-
Dalam tahap refleksi, peneliti dan pendidik melakukan diskusi mengenai tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi dapat diketahui kelemahan atau kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal tersebut dijadikan pijakan penyusunan rencana ulang untuk pelaksanaan siklus II .
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara antara lain angket, pengamatan (observasi), wawancara, dan tes. Berikut penjelasan dari teknik pengumpulan data yang digunakan.
- Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dari peserta didik. Angket tersebut digunakan untuk memperoleh informasi mengenai minat atau motivasi peserta didik, pendapat sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Dengan penggunaan angket ini, dapat diperoleh data tentang pernyataan peserta didik mengenai pembelajaran menulis anekdot, baik sebelum penggunaan media kartu anekdot ataupun sesudah menggunakan media tersebut.
- Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan dengan cermat dan seksama untuk memperoleh data berupa deskripsi proses pembelajaran menulis anekdot dengan media kartu anekdot. Pengamatan tersebut meliputi pengamatan terhadap perlakuan pendidik dalam proses pelaksanaan tindakan, sikap, perilaku, dan kesan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dan semua hal yang dapat ditangkap pengamat. Seluruh hasil pengamatan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan. Selain itu juga dilakukan dokumentasi dengan menggunakan kamera.
- Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap pendidik dan peserta didik mengenai penggunaan media kartu anekdot dalam pembelajaran menulis deskripsi. Wawancara ini dilakukan di luar kelas secara informal dengan pedoman yang sudah dipersiapkan agar tidak menyimpang dari fokus penelitian. Wawancara terhadap peserta didik dilakukan pada beberapa peserta didik sebagai perwakilan.
- Tes Menulis Anekdot
Tes menulis anekdot dilaksanakan sebelum tindakan dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan media kartu anekdot. Data hasil tes berupa angka yang akan dianalisis secara kuantitatif.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan proses belajar khususnya berbagai tindakan mengenai pembelajaran menulis anekdot menggunakan media kartu anekdot yang dilakukan oleh pendidik
DAFTAR PUSTAKA
.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Gunawan, Adi.W. 2013. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia.
Jabrohim, Chaerul Anwar dkk. 2003. Cara Menulis kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Latifah, Arifatul. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun
Menggunakan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun pada Kelas VII F SMP N 24 Semarang. Semarang:Unnes
Nuraini, Fatimah. 2013. Teks Anekdot Sebagai Sarana Pengembangan Kompetensi
Bahasa dan Karakter Peserta didik. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yunita, Erna. 2013. ―Pengaruh Genius Learning dengan Media Flash Card terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa SMP Negeri 12 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014‖. Skripsi S1. Semarang: IKIP PGRI Semarang
Wachidah, Siti. 2004. Pembelajaran Teks Anekdot. Jakarta: Departemen
Penddidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjut Pertama.
Wibowo, Basuki, Dr. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departement Pendidikan Nasional.
Wijana, I dewa Putu. 1995. Pemanfaatan Teks Humor dalam Pegajaran Aspek- Aspek K
LAMPIRAN : DOKUMENTASI SEMINAR HASIL PENELITIAN
Dengan Judul :Peningkatan Keterampilan Menulis Anekdot Menggunakan Strategi Genius Learning Untuk Siswa Kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8
Hasil Karya : Cici Anggraini,S.Pd.,M.Pd
Nip : –
Jabatan : Guru SMK Negeri 8 Pekanbaru
Pangkat/ golongan : –
Pada hari / tanggal : Rabu / 17 Oktober 2020
Pukul : 11.30 WIB
Bertempat di ruang : Ruangan Majelis Guru
Pada sekolah : SMK Negeri 8 Pekanbaru
Dengan alamat : Jalan Tengku Qasim Perkasa Rumbai Kota Pekanbaru
Peserta yang hadir sbb : 15 Orang
ABSENSI PESERTA SEMINAR KARYA ILMIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ANEKDOT MENGGUNAKAN STRATEGI GENIUS LEARNING UNTUK SISWA KELAS X ATPH 1 SMK NEGERI 8 PEKANBARU
Disusun Oleh :
Cici Anggraini, S.Pd.,M.Pd
2100103921156023
PENDIDIKAN PROFESI GURU TAHAP 4
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya karena proposal penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Anekdot Menggunakan Strategi Genius Learning untuk Siswa Kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru” dapat diselesaikan dengan baik. Proposal penelitian tindakan kelas ini penulis susun sebagai salah satu kegiatan lokakarya Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Tahap 4 Universitas Negeri Surabaya tahun 2021.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan, dan arahan serta dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab membimbing dan memotivasi dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini.
Penulis berharap semoga proposal penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Pekanbaru, Oktober 2020
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
-
- Latar Belakang Masalah 1
- Rumusan Masalah 3
- Tujuan Penelitian 3
- Manfaat Penelitian 3
- Definisi Operasional 4
BAB II LANDASAN TEORI 5
2.1 Keterampilan Menulis 5
2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis 5
2.1.2 Fungsi Menulis 6
2.1.3 Tujuan Menulis 7
2.1.4 Ciri-Ciri Tulisan yang Baik 8
2.2 Anekdot 9
2.2.1 Hakikat Teks Anekdot 9
2.2.2 Pembelajaran Menulis Anekdot 11
2.4 Strategi Pembelajaran Genius Learning 12
2.5 Gambaran Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menulis Anekdot 14
2.6 Tindakan yang akan Dilakukan pada Pelaksanaan Strategi 17
BAB III METODE PENELITIAN 19
3.1 Desain Penelitian 19
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 21
3.3 Prosedur Penelitian 21
3.3.1 Perenanaan 21
3.3.2 Pelaksanaan Tindakan 22
3.3.3 Pengamatan 22
3.3.4 Refleksi 23
-
- Teknik Pengumpulan Data 23
3.5 Teknik Analisis Data 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
-
- Latar Belakang
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian maupun tanggung jawab sebagai warga negara (Sutama, 2000:3). Marsigit (via Sutama, 2000:1), menyatakan bahwa ahli-ahli kependidikan telah menyadari mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas pendidik dan kualitas pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isi dasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Menurut Anies (via Asmani2011:37-39), proses pendidikan saat ini diibaratkan terlalu mementingkan aspek kognitif dan mengabaikan kreativitas.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun baik. Keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Bagi kebanyakan orang, menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bahkan bagi sebagian orang, menulis adalah sebuah keharusan. Misalnya, para wartawan media cetak atau elektronik yang bertugas melaporkan suatu peristiwa dengan rangkaian kata-katanya. Hal serupa ditegaskan (Tarigan, 2008:23) bahwa tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, materi tentang menulis sudah disampakan mulai dari jenjang sekolah dasar, namun masih banyak dari tulisan peserta didik yang masih belum baik. Pembelajaran menulis perlu ditingkatkan terutama dalam praktik. Menulis melatih peserta didik untuk kreatif mengolah kata dari realita yang mereka lihat. Tulisan yang tertata akan membawa pembaca mamahami maksud yang disampaikan penulis. Pemahaman tepat yang disampaikan pendidik akan mempermudah peserta didik dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
Salah satu kompetensi dasar yang diusung dalam kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Atas adalah tentang memproduksi teks anekdot secara lisan maupun tulisan dengan mengambil spesifikasi menulis teks anekdot. Dalam kurikulum tersebut dinyatakan bahwa anekdot bertujuan menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu. Sementara itu munculnya teks anekdot sebagai teks yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam kurikulum 2013. Sesuai dengan prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum tersebut yakni berbasis teks. Teks anekdot menjadi salah satu teks yang wajib dipelajari peserta didik. Hanya saja teks anekdot baru dikenalkan mulai jenjang SMA/ MA/ SMK.
Kenyataan menunjukkan, kemampuan menulis peserta didik belum memadai. Hal itu terlihat pada pembelajaran kemampuan menulis dengan kompetensi inti memproduksi teks anekdot di SMK Negeri 8 Pekanbaru. Hasil tulisan peserta didik kelas X SMK Negeri 8 Pekanbaru tergolong masih rendah, khususnya di kelas X ATPH 1. Selain itu, jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM kurang dari 75%. Berdasarkan pengamatan awal penelitian, rendahnya keterampilan menulis khususnya anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negri 8 Pekanbaru, terlihat dari karangan anekdot peserta didik yang belum dapat menciptakan kesan bagi pembaca.
Dari angket pengetahuan awal tentang menulis anekdot, ada beberapa penyebab timbulnya kendala dalam praktik menulis yang dikemukakan oleh siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru. Kendala tersebut, peserta didik merasa kesulitan menuangkan ide pada kegiatan pembelajaran menulis, khususnya menulis anekdot. Kegiatan pembelajaran yang tidak bervariasi kurang mendapat respon positif dari peserta didik yang sedang berada dalam tataran usia remaja. Oleh karena itu, pada usia ini anak membutuhkan teknik pembelajaran yang bervariasi.
Permasalahan tersebut harus diperhatikan karena kemampuan menulis anekdot sangat berperan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Teks anekdot mempunyai kontribusi yang besar pada pembelajaran keterampilan menulis bentuk-bentuk lainnya. Oleh karena itu, pendidik sebagai salah satu komponen sentral dalam proses pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik dan terlaksana secara optimal.
Upaya untuk membantu peserta didik mengatasi rendahnya keterampilan menulis anekdot, salah satunya dapat ditempuh dengan cara meningkatkan penggunaan strategi dalam proses pembelajaran. Praktik menulis anekdot akan dilakukan dengan baik jika ada perasaan senang atau tertarik dari peserta didik terhadap kegiatan menulis tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, melalui penelitian ini akan diterapkan strategi genius learning untuk meningkatkan kemampuan menulis anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru. Melalui strategi genius learning ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis anekdot peserta didik.
-
- Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan keterampilan menulis anekdot melalui penerapan strategi genius learning siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru 2019/2020 dengan menerapkan strategi genius learning.
-
- Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis anekdot menggunakan strategi genius learning pada siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
-
-
- Manfaat Teoretis
-
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan kajian pembelajaran menulis, bagi pengembangan teori pembelajaran sastra pada umumnya, serta dapat mengembangkan teori pembelajaran menulis anekdot sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar melalui strategi genius learning.
-
-
- Manfaat Praktis
-
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi peserta didik, pendidik dan sekolah. Bagi peserta didik, penelitian ini memudahkan peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan gagasan maupun kreativitasnya dalam kegiatan menulis anekdot.
Bagi pendidik, penelitian ini dapat memberikan alternatif pemilihan strategi pembelajaran dalam menulis anekdot dan dapat mengembangkan keterampilan pendidik bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu diharapkan dapat memberikan masukan dan perbaikan dalam penggunaan strategi pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar lebih menarik, bervariasi, dan tidak membosankan.
Bagi sekolah, penelitian menulis anekdot menggunakan media kartu anekdot ini dapat memberikan manfaat peningkatan mutu proses pembelajaran dan meningkatkan interaksi belajar mengajar peserta didik sekolah. Sehingga kualitas dan prestasi keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis anekdot dapat meningkat.
1.5 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal berikut:
-
-
- Keterampilan menulis adalah suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berupa gambar-gambar atau simbol-simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut.
- Anekdot merupakan salah satu jenis humor. Anekdot kadang sering dianggap sebagai humor itu sendiri.
- Strategi Genius Learning adalah strategi pembelajaran yang pada intinya membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif
-
BAB II
LANDASAN TEORI
-
- Keterampilan Menulis
- Hakikat Keterampilan Menulis
- Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis sebagai salah satu dari keempat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Dalam KBBI (2005), menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menurut Robert Lado (dalam Suriamiharja, 1996: 1), keterampilan menulis merupakan menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Sementara itu, D’Angelo (dalam Suriamiharja, 1980: 5) menulis adalah belajar berpikir dalam/ dengan cara tertentu.
Menulis menurut Tarigan (2008: 21) adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sementara itu, Suriamiharja (1996: 2) mengartikan menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai hakikat keterampilan menulis dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berupa gambar-gambar atau simbol-simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut.
-
-
- Fungsi Menulis
-
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, yaitu berpikir kritis, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap, memecahkan masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman masalah yang kita hadapi (Tarigan, 2008: 22-23). Hairston (melalui Darmadi, 1996: 3-4) mengemukakan bahwa kegiatan menulis memiliki fungsi sebagai berikut.
- Menulis sebagai sarana untuk menemukan sesuatu. Melalui kegiatan menulis ide dan informasi yang tersimpan di alam bawah sadar dapat terangkat. Hal tersebut karena pikiran terangsang untuk mengingat dan membangkitkan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan.
- Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru. Dengan menulis dapat membuat hubungan antara ide yang satu dengan yang lain dan melihat keterkaitannya secara keseluruhan.
- Menulis melatih kemampuan mengorganisasi. Menulis merupakan kegiatan mengorganisasi ide-ide dan menyusun dalam bentuk tulisan yang padu.
- Melatih sikap objektif. Menuliskan ide-ide dalam pikiran membiasakan diri membuat jarak tertentu terhadap ide yang dihadapi dan dievaluasi.
- Mempertajam penyerapan informasi. Kegiatan menulis memerlukan pengetahuan yang luas. Dengan menulis topik tertentu diperlukan penguasaan topik yang akan ditulis.
- Membantu memecahkan masalah. Kegiatan menulis dapat dimanfaatkan untuk menempatkan unsur-unsur masalah yang ada sehingga dapat diuji dan dimanipulasi.
- Komunikasi aktif. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan menjadikan seorang aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi yang pasif.
Dengan demikian, kegiatan menulis merupakan suatu alat sarana bahasa tulis untuk berpikir dan belajar sehingga melalui tugas menulis peserta didik telah berlatih belajar mengungkapkan ide dan mengaplikasikannya bahwa mereka telah menguasai materi yang diberikan.
2.1.3 Tujuan Menulis
Menurut Tarigan (2008: 24), setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan, tetapi karena tujuan itu sangat beranekaragam, bagi penulis yang berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini.
- Memberitahukan atau megajar.
- Meyakinkan atau mendesak.
- Menghibur atau menyenangkan.
- Mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Menulis tidak hanya memiliki fungsi yang bermanfaat bagi proses pendidikan, menulis juga memiliki tujuan yang sangat penting bagi proses penulisan atau tulisan. Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008: 25) menyebutkan beberapa tujuan menulis adalah sebagai berikut:
- Tujuan penugasan (assigment purpose)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para peserta didik yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan).
- Tujuan altruistik (altruistik purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.
- Tujuan persuasif (persuasive purpose)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
- Tujuan informasional, tujuan penerangan (informational purpose)
Tulisan yang bertujuan memeberikan informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca.
- Tujuan penyataan diri (self expressive purpose)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
- Tujuan kreatif (creative purpose)
Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan penyataan diri, tetapi “keinginan kreatif ” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan dengan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
- Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis memiliki tujuan yang sangat berguna khususnya untuk dunia pendidikan di antaranya tujuan penugasan, tujuan altruistik, tujuan persuasif, tujuan penerangan, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif, dan tujuan pemecahan masalah.
-
-
- Ciri-ciri Tulisan yang Baik
-
Tulisan yang baik memiliki ciri khas. Enre (1988: 9) mengemukakan bahwa tulisan yang baik memiliki ciri-ciri a) bermakna, b) jelas, c) padu dan utuh, d) ekonomis, dan e) mengikuti kaidah gramatika.
Tulisan yang baik merupakan tulisan yang mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan dalam tulisan. Kebermaknaan tulisan didukung oleh kejelasan tulisan tersebut. Tulisan dapat disebut sebagai tulisan yang jelas jika pembaca dapat membaca dengan kecepatan yang tetap dan menangkap makna yang ada dalam tulisan tersebut.
Selain bermakna dan jelas, tulisan yang baik memiliki kepaduan dan utuh. Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah. Hal tersebut karena terdapat pengorganisasian tulisan dengan jelas sesuai perencanaan dan bagian-bagiannya dihubungkan dengan yang lain.
Tulisan yang baik juga tidak menggunakan kata yang berlebihan. Selain itu, tulisan padat dan lurus ke depan. Tulisan yang baik selalu mengikuti kaidah gramatika, menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh kebanyakan anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan orang lain juga menggunakannya dalam komunikasi formal atau informal.
-
- Anekdot
2.2.1 Hakikat Teks Anekdot
Anekdot merupakan salah satu jenis humor. Anekdot kadang sering dianggap sebagai humor itu sendiri. Oleh karena itu, uraian mengenai humor juga menjelaskan tentang anekdot. Istilah anekdot telah muncul dalam pembelajaran bahasa Inggris kurikulum 2004. Tersebut dalam kurikulum 2004 bahwa jenis anekdot telah dipelajari sejak kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Kurikulum tersebut menyatakan bahwa anekdot bertujuan untuk menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu. Sementara itu munculnya teks anekdot sebagai teks yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam Kurikulum 2013.
Berdasarkan paradigma kurikulum 2013 yang mencanangkan pembelajaran bahasa berbasis teks, peserta didik sudah dituntut mampu mengonsumsi dan memproduksi teks. Selain teks sastra non-naratif itu, hadir pula teks cerita naratif dengan fungsi sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu terdapat pada setiap jenis teks, baik sastra maupun nonsastra, yaitu faktual (teks laporan dan prosedural) dan tanggapan (teks transaksional dan ekspositori). Teks anekdot dapat juga digunakan untuk mengkritik pihak lain dan suatu sistem tertentu.
Ada berbagai pendapat tentang teks anekdot. Akan tetapi, berdasarkan semua pendapat terdapat satu hal yang para ahli sepakati bahwa anekdot memuat hal yang bersifat humor atau lucu. Menurut Wachidah (2004:1) jika dilihat dari tujuannya untuk memaparkan suatu kejadian atau peristiwa yang telah lewat anekdot mirip dengan teks recount. Dananjaja (2001: 11) berpendapat bahwa anekdot adalah kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh yang benar-benar ada.
Pengalaman yang tidak biasa tersebut disampaikan kepada orang lain dengan tujuan untuk menghibur si pembaca. Teks Anekdot disebut pula dengan cerita jenaka. Pada umumnyia teks anekdot terdiri dari lima bagian atau struktur generik. Lima bagian tersebut antara lain abstract, orientation, crisis, reaction, dan coda (Gerot dan Wignell dalam Wachidah, 2004: 10).
Berikut penjelasan tentang struktur anekdot. (1) Abstraksi disebut juga dengan pembukaan dan berisi pokok pikiran utama. (2) Orientasi berfungsi untuk membangun konteks yang berisi kalimat penjelas dari absraksi. (3) Krisis dimaknai sebagai saat terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan. (4) Reaksi berkenaan dengan tanggapan. (5) Koda atau penutup.
Menurut buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, kaidah isi dan bahasa teks anekdot memuat, (1) partisipan, (2) unsur lucu (3) sindiran yang diungkapkandengan pengandaian, (4) konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa. Untuk memahami atau menganalisis makna sebuah anekdot memerlukan kemampuan dalam memahami makna kata, istilah, dan ungkapan.
Wijana (1995: 24) menuturkan bahwa teks humor adalah teks atau wacana bermuatan humor untuk bersenda gurau, menyindir, atau mengkritik secara tidak langsung segala macam kepincangan atau ketidakberesan yang tengah terjadi di masyarakat penciptanya. Dengan demikian, teks anekdot merupakan cerita narasi ataupun percakapan yang lucu dengan berbagai tujuan, baik hanya sekadar hiburan atau senda gurau, sindiran, atau kritik tidak langsung. Pada akhirnya tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan lelucon.
-
-
- Pembelajaran Menulis Anekdot
-
Menurut Sudjana (2000: 6), mengajar adalah proses memberikan bantuan atau bimbingan kepada peserta didik didik dalam melakukan proses belajar. Konsep tentang mengajar merupakan satu rangkaian dengan konsep yang berbeda. Pemahaman tentang belajar adalah menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh pendidik sebagai pengajar. Dalam konsep tersebut, tersirat bahwa peran pendidik adalah pemimpin belajar dan fasilitator belajar mengajar bukanlah kegiatan menyampaikan pelajaran melainkan suatu proses pembelajaran peserta didik.
Aktifitas mengajar adalah proses yang terjadi pada pendidik, sedangkan belajar adalah proses yang terjadi pada peserta didik. Pada umumnya, antara mengajar dan belajar memiliki proses yang berbeda. Keduanya terikat pada tujuan akhir yang sama, yaitu bagaimana agar terjadi perubahan yang optimal pada diri peserta didik. Konteks semacam ini, mengungkapkan bahwa mengajar adalah perbuatan pendidik untuk menciptakan situasi kelas dan persiapan peserta didik dalam melakukan proses belajar. Keefektifan belajar mengajar sangat ditentukan bagaimana terjadi interaksi yang dinamis antara mengajar dan belajar.
Menurut Sunendar (2009: 67), istilah pembelajaran dipakai untuk menunjukan proses yang menekankan pada pola interaksi antara pendidik dan peserta didik yaitu interaksi antara kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Pembelajaran di dalamnya mencakup proses mengajar, berisi serangkaian perbuatan pendidik untuk menciptakan situasi kelas yaitu proses belajar yang berisi perbuatan peserta didik untuk menghasilkan perubahan pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan berlajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara manusia, sumber daya dengan lingkungannya. Proses belajar mengajar, merupakan proses yang tersusun secara teratur yang mampu mengubah kemampuan peserta didik dari satu tingkatan ketingkatan lain yang lebih baik.
Hasil proses belajar mengajar dapat dicapai secara maksimal apabila komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal. Perlu diupayakan terciptanya situasi kelas yang memungkinkan berlakunya hal tersebut. Situasi kelas yang memotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan perilaku para peserta didik. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Dengan demikian, pendidik hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan rangsangan atau tantangan sehingga para peserta didik tertarik untuk belajar aktif dan kreatif.
Dalam penelitian ini dituliskan proses menulis anekdot untuk siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru. Kegiatan menulis anekdot tersebut membutuhkan pengetahuan kebahasaan, keterampilan berbahasa dan penguasaan kosakata. Berbekal ketiga itu, peserta didik diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang baik dengan kriteria antara lain: bermakna, jelas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat, dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Upaya agar peserta didik mampu menghasilkan tulisan yang baik, dibutuhkan suatu pembelajaran menulis yang efektif. Sementara untuk mencapai pembelajaran yang efektif diperlukan suatu pendekatan yang tepat dan terarah. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan proses. Hal tersebut dikarenakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis menitikberatkan pada proses memproduksi suatu tulisan. Sementara pendidik tidak hanya mengevalusi hasil akhir tulisan peserta didik, tetapi juga harus membimbing peserta didiknya sejak awal perencanaan menulis sampai peserta didik menghasilkan tulisan.
-
- Strategi Pembelajaran Genius Learning
Genius learning adalah strategi pembelajaran yang pada intinya membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif. Kondisi kondusif ini merupakan syarat mutlak demi tercapainya hasil belajar yang maksimal. Strategi pembelajaran ini pendidik harus memberikan kesan bahwa kelas merupakan suatu tempat yang menghargai peserta didik sebagai seorang manusia yang pemikiran dan idenya dihargai sepenuhnya (Gunawan, 2012: 334). Dalam strategi genius learning tersebut, diformulasikan untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar.
Piaget via Gunawan (2012: 5), mengemukakan bahwa dasar dari genius learning adalah teori belajar kontruktivistik. Teori belajar tersebut kontruktivistik lebih menekankan pada kreativitas peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dalam teori belajar kontruktivistik ini lahirlah accelerated learning atau cara belajar dipercepat yang kemudian oleh Bobbi De Porter dikembangkan menjadi sebuah model quantum teaching. Dari sinilah genius learning lahir menjadi model pembelajaran yang berdasarkan quantum teaching, namun telah mempertimbangkan kondisi di Indonesia. Pada intinya tujuan model-model pembelajaran ini sama yaitu, bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan.
Genius learning diciptakan untuk membedakannya dengan accelerated Learning. Perbedaan strategi genius Learning dan accelerated learning adalah strategi genius learning telah mempertimbangkan kondisi masyarakat Indonesia secara umum, kebudayaan bangsa yang beragam, kondisi sosial ekonomi, sistem pendidikan nasional kita dan tujuan pendidikan, sedangkan accelerated learning itu sendiri merupakan model mengajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara ilmiah dengan menggunakan teknik-teknik yang cocok dengan karakter dirinya sehingga mereka akan merasa bahwa belajar itu menyenangkan, efektif dan cepat (Rose dan Nicholl, 2003: 36).
Subhani (2011: 23) mengungkapkan bahwa kelebihan strategi pembelajaran tipe genius learning adalah sebagai berikut.
- Mendapatkan kerangka pikiran yang benar (percaya diri dan siap untuk belajar).
- Memperoleh informasi dalam cara-cara yang paling sesuai.
- Menyelidiki makna, implikasi dan arti persoalannya.
- Mampu memicu memori ketika membutuhkannya.
- Dapat memperoleh makna suatu topik secara cepat dengan menggunakan peta konsep.
Adapun kekurangan tipe strategi genius learning dalam pembelajaran, yaitu tipe genius learning ini menggunakan gaya belajar secara visual, dimana pendidik menggunakan peta konsep.
Kemungkinan ada peserta didik yang belum memahami secara jelas tentang perolehan informasi yang begitu singkat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kekurangan ini pendidik mengkombinasikan teknik pembelajaran yang sesuai supaya peserta didik dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan jelas
Rose dan Nicholl dalam Gunawan (2012: 36) berpendapat bahwa apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran adalah accelerated learning. Meskipun accelerated learning merupakan sub dari strategi genius learning, keduanya memiliki prinsip yang hampir sama. Hanya saja, dalam strategi accelerated learning kurang tepat untuk proses pembelajaran di Indonesia (Gunawan, 2012: 3). Dalam strategi genius learning terdapat beberapa prinsip pokok yaitu: (1) Keterlibatan total peserta didik dalam meningkatkan proses pembelajaran. (2) Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif. (3) Belajar berbasis aktivitas seringkali membawa hasil positif dibanding dengan belajar berbasis presentasi.
Gunawan (2012: 13), strategi genius learning memusatkan pada aktivitas mental sehingga menghasilkan pola pikir kreatif dengan tahap sebagai berikut: (a) selalu mengajukan pertanyaan, (b) selalu mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pemikiran terbuka, (c) selalu membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda, (d) selalu menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas, (e) selalu menerapkan imajinasi di setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda, (f) selalu mendengarkan intuisi.
-
- Gambaran Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menulis Anekdot Menggunakan Strategi Genius Learning.
Strategi genius learning disusun berdasarkan hasil riset mutakhir mengenai berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan memori (Gunawan, 2012: 8). Dalam genius learning pembelajaran dilakukan dengan pendekatan gaya belajar preferensi sensori yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (berbicara dan mendengar), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan).
Untuk mengakomodasikan gaya belajar dan mengembangkan kecerdasan peserta didik maka dalam strategi genius learning terdapat delapan langkah yang merupakan lingkaran sukses pembelajaran genius learning. Lingkaran sukses pembelajaran genius learning yang dikemukakan oleh Gunawan (2012: 334 – 361) adalah sebagai berikut:
- Suasana Kondusif
Inti dari genius learning adalah strategi pembelajaran yang membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif. Pendidik bertanggung jawab untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif sebagai persiapan untuk masuk ke dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. Kondisi yang kondusif ini merupakan syarat mutlak demi tercapainya hasil yang maksimal.
Pendidik perlu menunjukkan pengharapan yang besar terhadap keberhasilan peserta didik. Pastikan bahwa peserta didik tidak takut untuk membuat kesalahan. Kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Untuk menciptakan suasana awal yang kondusif pendidik dapat menggunakan icebreeking dan mengombinasikannya dengan brain gym.
- Hubungkan
Memulai setiap proses pembelajaran dengan memastikan bahwa apa yang akan diajarkan pada murid saat itu selalu dapat dihubungkan dengan apa yang telah diketahui oleh peserta didik, baik melalui pengalaman peserta didik itu sendiri maupun melalui proses pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya, dan hubungkan juga dengan apa yang akan dialami murid pada masa yang akan datang.
Sampaikan kepada peserta didik hasil apa yang akan dicapai, berikan kata-kata kunci dan pertanyaan yang dapat mereka jawab setelah mereka selesai mempelajari materi pembelajaran.
- Gambaran Besar
Untuk lebih membantu menyiapkan pikiran peserta didik dalam menyerap materi yang akan diajarkan, sebelum proses pembelajaran dimulai, pendidik harus memberikan gambaran besar (big picture) dari keseluruhan materi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ringkasan dari apa yang akan dipelajari, menjelaskan bagaimana cara mengajarkan materi pembelajaran, dan memberikan kata-kata kunci.
- Tetapkan Tujuan
Pada tahap inilah proses pembelajaran baru dimulai. Apa hasil yang akan dicapai pada akhir sesi harus dijelaskan dan dinyatakan kepada peserta didik. Penetapan tujuan ini akan dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena peserta didik mengetahui apa yang akan dicapainya pada akhir pembelajaran.
- Pemasukan Informasi
Pada tahap ini, informasi yang akan diajarkan harus disampaikan dengan melibatkan berbagai gaya belajar. Metode penyampaian harus bisa mengakomodasi gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Pada tahap ini, memori jangka panjang akan dapat diakses apabila proses pemasukan informasi bersifat unik dan menarik.
- Aktivasi
Proses aktivasi merupakan proses yang membawa peserta didik kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan. Aktivasi bisa dilakukan dengan menggunakan aktivitas yang dilakukan seorang diri, secara berpasangan atau secara berkelompok guna membangun kemampuan komunikasi dan kerja sama/kelompok. Pada tahap ini peserta didik mengintegrasikan apa yang ia pelajari dan menemukan makna sesungguhnya dari apa yang ia pelajari.
- Demonstrasi
Tahap ini sebenarnya sama dengan proses pendidik menguji pemahaman murid dengan memberikan ujian. Hanya bedanya, dalam lingkaran sukses genius learning pemahaman peserta didik diuji pada saat itu juga. Hal ini bertujuan untuk benar- benar mengetahui sampai di mana pemahaman peserta didik dan sekaligus merupakan saat yang tepat untuk bisa memberikan umpan balik. Demonstrasi meliputi praktik langsung atau mempresentasikan.
- Ulangi (Review)
Lakukan pengulangan pada akhir setiap sesi dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Ini bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan meningkatkan efektivitas dari proses pembelajaran.
-
- Tindakan yang akan Dilakukan pada Pelaksanaan Strategi Genius Learning.
Prosedur pelaksanaan strategi genius learning dalam pembelajaran menulis anekdot terdapat beberapa langkah berikut..
- Pendidik dan peserta didik bertanya jawab dengan menghubungkan materi menulis anekdot yang dipelajari peserta didik dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.
- Pendidik memberikan gambaran besar berupa cakupan materi tentang menulis anekdot.
- Pendidik dan peserta didik bersama-sama menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu dapat menghasilkan teks anekdot.
- Pendidik memberikan informasi tentang materi anekdot yang akan dipelajari seperti hakikat anekdot, struktur anekdot, dan langkah-langkah memproduksi anekdot.
- Pendidik membimbing peserta didik untuk menulis teks anekdot secara berpasangan sesuai dengan struktur dan kaidah teks anekdot.
- Pendidik menginstruksikan peserta didik, menukar hasil tulisannya ke kelompok lain untuk disunting.
- Peserta didik memperbaiki tulisan anekdot yang sudah disunting kelompok lain.
- Pendidik memberikan aktivasi kepada peserta didik, dengan mengajukan pertanyaan terbuka terkait materi yang telah diajarkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik tentang anekdot.
- Peserta didik mendemontrasikan hasil tulisannya di depan kelas
- Pendidik memberikan kesimpulan dan refleksi dari pembelajaran menulis anekdot yang telah diberikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
-
- Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini bersifat kolaboratif, melibatkan pendidik sebagai peneliti dan sesama pendidik Bahasa Indonesia sebagai kolaborator. Peran rekan pendidik dan peneliti sejajar, artinya rekan pendidik juga berperan sebagai peneliti selama penelitian berlangsung.
Zuriah (2003:36) menyebutkan tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu, pertama melakukan tindakan perbaikan, peningkatan, dan perubahan kearah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah. Kedua, menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama dengan melakukan modifikasi atau penyampaian seperlunya.
Kemmis & Mc. Taggart mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif dari kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Madya, 2006: 9).
Desain penelitian yang dipilih adalah model Kemmis & Mc. Taggart yang terdiri atas empat komponen, yaitu 1) merumuskan masalah dan merencanakan tindakan, 2) implementasi tindakan dan monitoring yang merupakan realisasi dari suatu tindakan yang telah direncanakan sebelumnya, 3) analisis hasil tindakan, dan 4) refleksi dilanjutkan dengan perubahan atau revisi pada siklus berikutnya. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Aqib, 2009: 16).
Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart
Berikut keterangan tahap-tahap dalam penelitian tindakan menurut Kemmis & Taggart.
Siklus I:
- Perencanaan I.
- Tindakan I.
- Observasi I.
- Refleksi I.
Siklus II:
- Revisi Rencana II.
- Tindakan II.
- Observasi II.
- Refleksi II.
Siklus III dan seterusnya.
Penelitian tindakan kelas ini bersifat siklus dan spiral. Dengan model ini, jika dalam awal pelaksanaan tindakan didapati kekurangan perencanaan dan pelaksanaan dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya hingga target yang diinginkan tercapai.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMK Negeri 8 Pekanbaru yang terdiri atas 25 anak. Jumlah laki-laki sebanyak 8 orang dan perempuan sebanyak 17 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis anekdot siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8 Pekanbaru
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Penelitian ini akan dilakukan sebanyak dua siklus. Konsep pokok penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pemantauan (monitoring), dan d) refleksi (reflecting).
- Perencanaan (planning), yaitu kegiatan yang disusun sebelum melakukan tindakan.
- Pelaksanaan tindakan (acting), yaitu pelaksanaan perlakuan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
- Pengamatan (observing), yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pengamat untuk memperoleh informasi tentang tindakan yang dilakukan termasuk pengaruh yang ditimbulkan oleh perlakuan pendidik.
- Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan untuk mengkaji dan menganalis hasil observasi dari tindakan yang dilakukan. Memberikan makna terhadap proses dan hasil yang terjadi akibat tindakan, terutama untuk melihat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki.
Kolaborasi dan partisipasi merupakan prinsip pokok dalam penelitian ini. Kolaborasi antara peneliti dengan pendidik dilakukan dalam setiap kegiatan, mulai dari perencanaaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi hingga perencanaan selanjutnya. Perincian setiap kegiatan dalam satu siklus adalah sebagai berikut.
-
-
- Perencanaan (Planning)
-
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis deskriptif. Adapun rincian kegiatan dalam tahap ini sebagai berikut.
- Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis anekdot.
- Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran menulis anekdot dengan menggunakan strategi genius learning.
- Memberikan angket sebelum pelaksanaan tindakan untuk mengetahui seberapa jauh minat dan keterampilan menulis anekdot peserta didik.
- Mengadakan tes menulis anekdot untuk mengetahui kemampuan awal menulis deskripsi peserta didik.
- Menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, soal tes, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi.
- Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas.
-
- Pelaksanaan Tindakan (Acting)
-
Pada tahap ini, peneliti dan kolaborator menerapkan perencanaan yang telah disusun. Pendidik melaksanakan perencanaan mengenai pembelajaran menulis anekdot dengan media kartu anekdot. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan langkah- langkah berikut.
- Pendidik membangun apersepsi peserta didik tentang menulis anekdot. Tujuannya adalah membawa kesiapan peserta didik untuk masuk ke materi mengikuti proses pembelajaran.
- Pendidik memberitahukan mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis anekdot dengan strategi genius learning..
- Setelah peserta didik benar-benar memahami, pendidik memberikan contoh-contoh anekdot.
- Peserta didik diminta mulai mengamati contoh-contoh tersebut dengan cermat, kemudian mendaftar ciri dan struktur anekdot yang diamati.
- Setelah peserta didik memahami ciri dan struktur anekdot, peserta didik diberi kartu anekdot untuk mempermudah peserta didik menulis anekdot, baik dalam kelompok maupun individu.
- Pada akhir pembelajaran, pendidik merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Refleksi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus II.
-
- Pengamatan (Observing)
-
Observasi yang dilakukan meliputi observasi proses dan observasi hasil (produk). Observasi proses berjalan selama pelaksanaan tindakan (acting) berlangsung. Selama observasi proses ini, observer (peneliti) menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas peserta didik, pendidik, dan suasana saat proses pembelajaran dengan media yang telah ditetapkan berlangsung. Hasil observasi ini digunakan sebagai data kualitatif untuk dideskripsikan.
Dokumentasi berupa foto saat peserta didik menerima tindakan digunakan sebagai bukti konkret proses yang telah dilakukan.Observasi hasil atau produk dilakukan terhadap hasil pekerjaan peserta didik berupa anekdot. Observasi ini menghasilkan data berupa angka, yakni nilai menulis anekdot.
-
-
- Refleksi (Reflecting)
-
Dalam tahap refleksi, peneliti dan pendidik melakukan diskusi mengenai tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi dapat diketahui kelemahan atau kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal tersebut dijadikan pijakan penyusunan rencana ulang untuk pelaksanaan siklus II .
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara antara lain angket, pengamatan (observasi), wawancara, dan tes. Berikut penjelasan dari teknik pengumpulan data yang digunakan.
- Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dari peserta didik. Angket tersebut digunakan untuk memperoleh informasi mengenai minat atau motivasi peserta didik, pendapat sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Dengan penggunaan angket ini, dapat diperoleh data tentang pernyataan peserta didik mengenai pembelajaran menulis anekdot, baik sebelum penggunaan media kartu anekdot ataupun sesudah menggunakan media tersebut.
- Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan dengan cermat dan seksama untuk memperoleh data berupa deskripsi proses pembelajaran menulis anekdot dengan media kartu anekdot. Pengamatan tersebut meliputi pengamatan terhadap perlakuan pendidik dalam proses pelaksanaan tindakan, sikap, perilaku, dan kesan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dan semua hal yang dapat ditangkap pengamat. Seluruh hasil pengamatan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan. Selain itu juga dilakukan dokumentasi dengan menggunakan kamera.
- Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap pendidik dan peserta didik mengenai penggunaan media kartu anekdot dalam pembelajaran menulis deskripsi. Wawancara ini dilakukan di luar kelas secara informal dengan pedoman yang sudah dipersiapkan agar tidak menyimpang dari fokus penelitian. Wawancara terhadap peserta didik dilakukan pada beberapa peserta didik sebagai perwakilan.
- Tes Menulis Anekdot
Tes menulis anekdot dilaksanakan sebelum tindakan dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan media kartu anekdot. Data hasil tes berupa angka yang akan dianalisis secara kuantitatif.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan proses belajar khususnya berbagai tindakan mengenai pembelajaran menulis anekdot menggunakan media kartu anekdot yang dilakukan oleh pendidik
DAFTAR PUSTAKA
.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Gunawan, Adi.W. 2013. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia.
Jabrohim, Chaerul Anwar dkk. 2003. Cara Menulis kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Latifah, Arifatul. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun
Menggunakan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun pada Kelas VII F SMP N 24 Semarang. Semarang:Unnes
Nuraini, Fatimah. 2013. Teks Anekdot Sebagai Sarana Pengembangan Kompetensi
Bahasa dan Karakter Peserta didik. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yunita, Erna. 2013. ―Pengaruh Genius Learning dengan Media Flash Card terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa SMP Negeri 12 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014‖. Skripsi S1. Semarang: IKIP PGRI Semarang
Wachidah, Siti. 2004. Pembelajaran Teks Anekdot. Jakarta: Departemen
Penddidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjut Pertama.
Wibowo, Basuki, Dr. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departement Pendidikan Nasional.
Wijana, I dewa Putu. 1995. Pemanfaatan Teks Humor dalam Pegajaran Aspek- Aspek K
LAMPIRAN : DOKUMENTASI SEMINAR HASIL PENELITIAN
Dengan Judul :Peningkatan Keterampilan Menulis Anekdot Menggunakan Strategi Genius Learning Untuk Siswa Kelas X ATPH 1 SMK Negeri 8
Hasil Karya : Cici Anggraini,S.Pd.,M.Pd
Nip : –
Jabatan : Guru SMK Negeri 8 Pekanbaru
Pangkat/ golongan : –
Pada hari / tanggal : Rabu / 17 Oktober 2020
Pukul : 11.30 WIB
Bertempat di ruang : Ruangan Majelis Guru
Pada sekolah : SMK Negeri 8 Pekanbaru
Dengan alamat : Jalan Tengku Qasim Perkasa Rumbai Kota Pekanbaru
Peserta yang hadir sbb : 15 Orang
ABSENSI PESERTA SEMINAR KARYA ILMIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS